CATATAN PERJALANAN KE ANNAPURNA BASE CAMP (JAKARTA - KATHMANDU - POKHARA)
May 02, 2020Gugusan Annapurna dari kejauhan (sepertinya). |
Sekitar
pukul 04.00 gue tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Langit masih
gelap. Namun hiruk pikuk bandara sudah cukup ramai. Meskipun counter check in
udah buka, gue gak langsung masuk ke ruang tunggu. Ada seorang teman yang gue
tunggu. Seorang partner perjalanan.
Setelah
menunggu hampir setengah jam, akhirnya doi tiba juga di bandara. Tanpa banyak
basa-basi kami langsung menuju ke counter check in, lanjut sholat Subuh terus ke
ruang tunggu. Tepat jam 05.30 pesawat yang kami tumpangi meninggalkan tanah
air. Tujuan pertama kami adalah Malaysia. Maklum, pesawat yang kami tumpangi
ini adalah milik perusahaan Malaysia, jadi mau gak mau harus transit di sana. Perjalanan
Jakarta – Kuala Lumpur tersebut kami tempuh kurang lebih dua jam lima menit.
Setibanya
di bandara Internasional Kuala Lumpur, kami bergegas mencari terminal transit.
Entah kami yang bego atau emang petunjuk arahnya yang kurang jelas, kami
kebingungan mencari terminal transit. Ditambah lagi dengan minimnya pengalaman kami
di dunia penerbangan internasional, hampir saja kami keluar dari bandara! Kami
udah antre di pintu imigrasi! Gila aja kan! Lima belas menit waktu berharga kami
terbuang sia-sia! Padahal kami transit di Bandara Internasional Kuala Lumpur ini
cuma satu jam lima menit.
Akhirnya,
kami memutuskan untuk tanya kepada petugas bandara. Ternyata, kami salah jalan!
Kamipun putar balik! Ternyata terminal transit ada dilantai 2. Kamipun mau gak
mau harus lari-lari agar gak ketinggalan pesawat. Untung aja, ketika kami tiba
di gate pemberangkatan, mbak-mbak penjaga gate udah teriak-teriak final call. Huffff,
nyaris aja ketinggalan pesawat!
Penerbangan
dari Kuala Lumpur menuju ke Kathmandu memakan waktu 4 jam 45 menit. Sungguh
perjalanan yang panjang! Ini ni yang harus kalian perhatikan kalau mau naik
pesawat Malindau. Pesawat ini gak ngasih makanan secara gratis meskipun lama
penerbangannya lebih dari dua jam. Para penumpang yang ingin mendapatkan
makanan, harus pesan dulu sebelum penerbangan. Bisa juga beli ketika
penerbangan. Namun harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan pesan
sebelum penerbangan. Karena minimnya pengetahuan dan pengalaman, saya tidak
memesan makanan sebelum penerbangan. Mau beli on flight, gue enggak punyai uang
Ringgit. Dollar gue pun pecahan 100 USD, males mecahin #alesan. Untungnya di tas selempang gue, ada
sebuah Sari Roti yang harganya Rp 4500 dan permen menthos. Selama lima jam
perut gue diisi dengan menthos bro! Siapa tau nafas gue bisa fresh wkwkwk. Padahal perut keroncongan hahaha.
Empat
setengah jam perjalanan telah berlalu. Kini, kami telah berada di atas hamparan
alam Nepal. Pemandangannya uuuuiiih, luar biasa menabjubkan! Gugusan puncak Pegunungan Himalaya yang
diselimuti salju abadi mampu menghipnotis mata setiap orang. Oia, kalau mau ke
Napal, usahain kalian pilih tempat duduk jendela sebelah kanan. Kalian akan terpuaskan dengan pemandangan
gugusan puncak Himalaya dari ketinggian.
Pesona alam Nepal dari ketinggian |
Akhirnya,
setelah perjalanan yang sangat dan teramat panjang, kami sampai juga di Bandara
Internasional Tribhuvan, Kathmandu, Nepal. Jangan bayangin fasilitasnya seperti
bandara Internasional Kuala Lumpur ataupun Soekarno Hatta. Bandara terbesar di
Nepal ini sangat sederhana, dari segi estetika, servis, ataupun teknologinya.
Begitu
keluar dari pintu pesawat, udara dingin langsung menusuk tulang. Shuttle Bus
yang mengantar kami ke terminal kedatangan melaju terseok-seok (busnya jelek). Setelah kami
tiba di pintu kedatangan, cepat-cepat kami langsung antri di depan tempat
pembayaran Visa. Bagi turis-turis short
time seperti kami, Nepal menyediakan fasilitas visa on arrival, yaitu beli
visa ditempat. Adapun biaya yang
dikeluarkan untuk kunjungan dengan jangka waktu kurang dari 15 hari adalah 25 USD.
Cukup murah.
Badara Tribhuvan, Kathmandu, Nepal. |
Setelah beres
masalah visa, kami langsung antre di pemeriksaan passport. Setelah antre kurang
lebih 30 menit, tiba juga giliran gue. Eeee, sungguh sial. Ternyata, gue
disuruh balik lagi! Eits, bukan balik Indonesia ya, melainkan gue melewatkan
satu prosedur, yaitu scan passport dan pengecekan biodata. Ternyata deretan
mesin yang berada di salah satu sudut ruangan itu berfungsi untuk pengecekan
dokumen, aku kira apaan hahaha. Setiap turis juga akan ditanya berapa lama
kira-kira akan berada di Nepal, penginapan apa yang akan digunakan, dan sudah
mempunyai tour guide belum. Mungkin semua itu mengantisipasi turis-turis gembel
yang menggelandang dipinggir jalan. Pastinya mereka melakukan itu semua demi
kenyamanan para turis selama berada di Nepal.
Akhirnya,
setelah hampir satu jam, kami akhirnya keluar dari bandara. Pintuk keluar
bandaranya sangat sempit dan sesak. Disepanjang pintu keluar tersebut, terdapat
beberapa gerai yang menyediakan segala keperluan ketika tiba di Nepal, seperti
money changer, penjual kartu perdana, ataupun makanan-minuman. Ketika itu waktu
menunjukkan sekitar pukul 13.30 waktu Kathmandu. Meskipun matahari terik
menyinari Kota Kathmandu yang penuh dengan debu, namun udara dinginnya mampu
membuat kami menggigil.
Puluhan
sopir taksi telah berderet di depan pintu kedatangan. Seketika ada penumpang
keluar dari pintu, mereka berlarian untuk menawarkan taksi. Dengan Bahasa
inggris yang terbatas, mereka berusaha untuk berkomunikasi dengan para turis. Belum
ada sistim antrian taksi seperti di Soekarno-Hatta. Jadi, sopir taksi yang
lebih cepat dan lebih agresif, dialah yang akan cepat mendapatkan penumpang.
Setelah
menunggu sekitar 30 menit, akhirnya tour guide kami tiba. Kami langsung sewa
taksi menuju Thamel street. Thamel street merupakan salah satu tempat favorit
para turis. Di sana merupakan pusat perbelanjaan dan hiburan malam. Segala
macam perlengkapan pendakian ada di sini, mulai down jacket, trekking pool,
kaos tangan, hingga crampon. Harganyapun miring. Maklum, kualitas KW super
hahaha. Meskipun KW, namun kualitasnya tidak beda jauh dengan barang ori lho.
Makanya kebanyakan traveler beli perlengkapan trekkingnya di Thamel Street.
Kalaupun kalian tidak mau barang KW, tenang saja, di sini juga banyak gerai
outdoor resmi kok, mau the North Face, Mamouth, ataupun Columbia semuanya ada di sini.
Waktu
tempuh bandara – Thamel Street sekitar 40 menit. Kami langsung ke penginapan
yang lokasinya persis di samping Thamel Street. Di sekitar Thamel Street memang
terdapat banyak sekali penginapan, mulai dari yang level keroco, hingga yang
berbintang. Meskipun rasa capek dan jatlag kami rasakan, namun rasanya kami tak
sabar untuk segera jalan-jalan di Thamel Street. Berderet toko-toko yang
menjajakan perlengkapan outdoor berderet disepanjang jalan. Namun, tujuan
pertama kami bukanlah belanja perlengkapan, namun rumah makan! Maklum, perut
keroncongan boy! Gila aja, 8 jam perut cuma diisi dengan Sari Roti 4 ribuan!
Tour guide
kami mengajak kami untuk menikmati Chinese Food. Selain karena ada label
halalnya, harga yang ditawarkannyapun cukup terjangkau, yaitu sekitar 300
hingga 500 rupee. Berbagai macam menu tersaji di sini, bergai macam olahan mie,
hingga nasi. Porsinyapun mengenyangkan. Pas bagi laki-laki, namun aku yakin
kalau buat perempuan terlalu banyak hahaha.
Nasi dengan lauk |
Aku yakin aroma dan rasa mie rebusnya juga mampu merobohkan iman orang diet. |
Setelah
perut terisi, kamipun langsung berburu kartu perdana. Stres oi kalo hidup tanpa
internet. Hanya dengan menyerahkan fotokopian passport dan uang 600 rupee, kamipun
mendapatkan sebuah kartu perdanan yang sudah terisi paket internet 8 Gb.
Lumayan, bisa buat update Instagram dan kirim pesan whatsapp ke nyokap di
rumah.
Tak terasa
mentari telah berganti rembulan. Bukannya semakin sepi, Thamel Street justru semakin sesak oleh manusia. Semakin
malam, semakin bervariasi manusianya. Mau yang putih hingga yang hitam. Mau
yang baik-baik hingga yang brengsek. Mau transaksi halal maupun haram, semuanya
ada. Pukul 20.00, kami masih berkeliling Thamel Street sambil berburu keperluan
trekking yang belum kami punya. Setelah berkeliling sekitar satu jam, akhirnya kami
mendapatkan barang yang kami butuhkan.
Malam
semakin larut. Kamipun bergegas kembali ke penginapan, langsung packing
mengingat besok pagi jam 06.00, kami harus sudah cabut dari hotel, untuk
melakukan perjalanan menuju Pokhara.
Langit
masih gelap. Suhu udara masih dibawah 10 derajat celcius. Pakaian tebal yang
gue kenakan tak mampu menahan dingin yang menusuk tulang. Dengan modal sarapan
roti sandwich dan telur rebus, kami bergegas menuju tempat pemberhentian bus
jurusan Pokhara. Yups, Others hari yang panjang dengan perjalanan yang panjang
kembali dimulai. Sebelum kami meninggalkan hotel, tetiba ada dua orang asli Nepal
menemui kami. Setelah memperkenalkan diri, ternyata mereka adalah guide dan
porter lokal kami. Memang di open trip yang gue pakai, mereka menyediakan jasa
guide dan porter lokal. Porter disini tidak setiap individu satu porter yaaa,
melainkan kolektif. Jadi, barang kami yang mau dititipkan di porter dikumpulkan
dalam satu tas yang nantinya akan dibawa oleh sang porter. Berat maksimal yang
dibawa porter adalah 25 kg. So, kami
harus pandai-pandai memilah barang-barang apa saja yang ditaruh di tas porter
ataupun ditaruh ditas sendiri.
Setelah
berjalan kaki sekitar 20 menit, akhirnya kami tiba juga di terminal. Jangan
bayangin seperti terminal Polo Gadung ataupun Kampung Rambutan ya. Terminal
yang saya maksud di sini sebenarnya adalah tempat ngetem bus jurusan Pokhara. Beberapa bus berderet rapi sepanjang jalan menunggu para penumpang datang. Kalau
saya enggak salah, semua bus ini khusus melayani turis. Jadi, semua bus yang
ada di tempat nge temp ini adalah yang terbaik di Nepal. Tapi ya gitu, jangan
bayangkan seperti bus White Horse ataupun Big Bird ya. Di sini busnya gak ada
AC, gak ada TV, gak ada toilet. Namun so far masih cukup nyaman kok. Gak ada ac is not big problem sih, karena udaranya emang udah dingin.
Bus yang nganter gue ke Pokhara. |
Oia, kalian
harus mempersiapkan fisik kalian sebaik mungkin sebelum melakukan perjalanan
ini. Perjalanan Kathmandu-Pokhara membutuhkan waktu sekitar 8 jam dengan medan
yang luar biasa ekstrim. Bentang alam Nepal yang berupa pegunungan membuat
jalan-jalan raya di Nepal berkelok-kelok dan ekstrim, kanan tebing, kiri
jurang. Namun, pemandangan yang
disuguhkan sepanjang perjalanan sungguh luar biasa. Bentangan pengunungan
Himalaya dengan puncak-puncaknya diselimuti salju abadi mempu menjadi penawar
bosan dalam bus.
Salah satu sisi pegunungan di Nepal. |
Sepanjang
perjalanan ke Pokhara, kami singgah sebanyak tiga kali di transit area. Di sini
kami bisa makan, buang air, ataupun ngopi. Perut kami harus selalu terisi agar
kondisi fisik kami selalu fit. Hari masih panjang coy!
Setelah
delapan jam perjalanan, sekitar pukul 15.00 kami tiba di Pokhara. Kami langsung
menyewa taksi untuk mengantar kami ke hotel yang letaknya di sekitaran
Lakeside. Harga sewa taksi sekitar 300 rupee.
Sampe sini dulu ya, lain waktu kita lanjutin perjalanan ke ABC hehehe.
0 komentar