Rombongan Tim Ekspedisi Kepulauan Auri |
Bagi pecinta drama Korea, pasti ingat tempat di mana Song Joong Ki dan Song Hye Kyo berbulan madu setelah
mereka menikah. Yups, episode terakhir mereka berdua nge-date disalah satu pulau terpencil nan indah, kalau gak salah
namanya pantai Navagio di Yunani. Cantik banget kan? Pulau kecil ditengah laut
dengan hamparan pasir putih berpadu dengan birunya laut yang bersih, jauh dari
hiruk-pikuk kehidupan, sungguh indahlah pokoknya.
Ternyata pulau seperti itu juga ada
di Indonesia lho guys! Tepatnya berada
di Kepualauan Auri, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Bedanya kalau di DoTS ada bangkai sebuah kapal yang
terdampar, di Kepulauan Auri bukan bangkai kapal, tapi bangkai pesawat terbang!
Yups, beneran, bahkan ada dua bangkai pesawat terbang yang jatuh ke perairan
Auri dan letaknya tak berjauhan, cuma sekitar 100 meter saja.
Konon kedua pesawat tempur ini jatuh
sekitar tahun 1960 an tatkala pecahnya peretempuran pembebasan Papua Barat dari
tangan Belanda. Ketika melintas di atas perairan Kepulauan Auri, kedua pesawat
ini terjatuh, entah tertembak ditembak atau kesalahan teknis gue gak begitu
tahu.
Be ready gus!
Kenakan sabuk pengaman, tegakkan sandaran kursi, dan buka penutup jendela, mari
gue ajak kalian semua berpetualang menjelajahi setiap jengkal Kepulauan Auri.
Sabtu, 3 Februari 2018, matahari
malu-malu menyinari kota kecil di sudut Teluk Cendrawasih, Kota Wasior. Awan
mendung tak mau beranjak dari langit-langit Wasior sejak semalam. Namun, semua
itu tak menyurutkan semangat kami, para pegawai BPS Kabupaten Teluk Wondama dan
beberapa mitra statistik untuk bersiap melakukan perjalanan ke Kepulauan Auri.
Setelah semua persiapan selesai,
tepat pukul 09.45 kami memulai perjalanan menuju Kepulauan Auri. Dengan menggunakan
perahu motor tempel bertenaga 40 PK, kami membelah lautan lepas. Diawal
perjalanan, gue menikmati setiap detik perjalanan ini, goyangan perahu,
dingiannya percikan air yang tampias membasahi wajah, ikan-ikan yang
meloncat-loncat di permukaan laut, dan masih banyak lagi yang dapat gue nikmati
diperjalanan ini.
Sang Motor Race |
Namun, setelah satu jam perjalanan,
gue udah bosen guys! Gue udah eneg
liat laut terus menerus. Tidak ada aktivitas lain yang dapat dilakukan di atas
perahu kecil seperti yang kami pakai ini selain menikmati perjalanan atau
tidur. Terlebih lagi semakin jauh kami meninggalkan daratan, gelombangnya
terasa semakin tinggi. Perahu mulai oleng
kapten!
Bulan Februari memang kurang
bersahabat dengan para nelayan. Meskipun hari masih siang, namun gelombang laut
sudah cukup tinggi. Perjalanan ini sangat jauh kawan! perlu fisik yang prima
untuk melakukan perjalanan ini. Bagaimana tidak? 4 jam terkatung-katung
ditengah laut dengan kondisi gelombang khas Samudra Pasifik yang terkenal
ganas.
Ketika kami memasuki kawasan
Kepulauan Roon, kami berpapasan dengan seorang nelayan dari Kampung Niab, salah
satu kampung di Distrik Roon. Beliau meminta kami untuk singgah dulu di
rumahnya, ada banyak hal yang ingin disampaikan oleh bapak tersebut. Kami pun
menuruti keinginan beliau.
Kami disambut dengan hangat oleh
keluarga bapak yang selanjutnya kami memanggil beliau bapak desa. Sembari
menikmati hidangan kue sagu dan teh hangat, kami diberitahu kalau kondisi cuaca
di sekitar Kepualauan Auri sedang tidak bagus. Beberapa hari yang lalu ada
perahu terbalik milik salah seorang nelayan, dan sampai saat itu jasadnya belum
ditemukan. Ngeri coy!
Jamuan di Kampung Niab |
Kamipun merinding mendengar cerita
tersebut. Tapi keinginan dan tekat kami yang sudah bulat, ketakutan tersebut
tak mampu merobohkan tekad dan keinginan kami untuk mengunjungi Kepulaian Auri.
Setelah berdiskusi dengan bapak Desa, kamipun memutuskan untuk membawa dua perahu.
Hal ini bertujuan agar beban perahu tidak terlalu berat sehingga perahu bisa
lebih leluasa untuk bergerak.
Perjalananpun kami lanjutkan kembali.
Sempat ada kendala setelah sekitar satu jam perjalanan dari Kampung Niab. Salah
satu mesin perahu kami mati. Kamipun mau tidak mau harus segera memperbaikinya
meskipun posisi kami masih di tengah-tengah laut. Dan kalian perlu ketahui guys! Berada diatas perahu yang tak
bergerak ditengah lautan tu lebih menyiksa daripada ketika perahu berjalan.
Meskipun cuma sekitar 15 menit kami berhenti ditengah laut, namun gue sudah
merasa pusing yang tak tertolong lagi. Dan ujung-ujungnya mual. Sungguh sial
sekali.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan
panjang dengan perut mual, kepala pusing, dan gigi meringis kekeringan karena
kepanasan, akhirnya kami tiba disalah satu ikon dari Kepulauan Auri. Sebuah pulau
kecil dengan dikelilingi hamparan pasir putih dan tepat di bibir pantainya terdapat
dua bangkai pesawat tempur milik Angkatan Udara Republik Indonesia yang
mengalami kecelakaan sehingga jatuh diperairan ini.
Lokasi Bangkai Pesawat di Sekitaran Warna Biru Tua Tepat ditengah Foto |
Bangkai pesawat tersebut terlihat
jelas. Tak perlu menyelam terlalu dalam untuk dapat melihat bangkai pesawat
tersebut. Tetapi karena sudah termakan usia, bangkai kedua pesawat tersebut
tinggal menyisakan kerangka-kerangka besinya saja. Ada satu nasihat dari gue
untuk kalian semua, kalau kalian kesini jangan dekat-dekat dengan bangkai
pesawat ya! ngeri bro! Gue takut kalau
berenang terlalu dekat dengan bangkai pesawat tersebut. Ada semacam aura mistis
berbau horor gitu. Kalau pas gue nyelam di sekitar bangkai pesawat tiba-tiba
nongol sesosok arwah pilot gimana hayo? Kan ngeri.
Meskipun matahari terik bersinar,
semua itu tak menyurutkan euphoria
kami untuk menikmati setiap jegkal pulau ini. Hamparan pasir putih yang
membentang mengelilingi pulau kecil berukuran sekitar sepuluh hektar ini telah
merebut hatiku. Ditambah lagi dengan jernihnya air laut membuat gue tak kuasa untuk menahan diri untuk
terus berenang. Sungguh tempat yang indah.
Setelah puas berenang dan
melihat-lihat bangkai pesawat tempur yang masyur itu, kami melanjutkan
perjalanan ke pulau sebelah. Pemandangan yang disuguhkan sepanjang perjalanan
menuju ke pulau tempat dimana kami akan bermalam tersebut sungguh memanjakan
mata. Gradasi warna lautan sungguh menawan. Ditambah lagi dengan munculnya
berbagai macam hewan laut seperti penyu, ikan terbang, ataupun ikan-ikan
lainnya membuat liburan kami kali ini semakin berkesan.
Putihnya Pasir Dipadukan dengan Birunya Laut |
Setelah kurang lebih 30 menit
membelah lautan, akhirnya kami tiba di pulau yang lumayan besar. Pulau ini
sering digunakan oleh para nelayan untuk singgah ketika mereka sedang mencari
ikan. Pulau ini terletak diantara Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire.
Ketika kami datang, kami bertemu dengan rombongan nelayan yang berasal dari
Nabire. Memang cuaca waktu itu tak menentu, semula cuaca nampak begitu cerah,
tiba-tiba awan hitam bergulung-gulung disertai angina dan gelombang yang sangat
membahayakan para nelayan di laut.
Menikmati Keindahan Kepualauan Auri dari Atas Kapal |