CATATAN PERJALANAN KE ANNAPURNA BASE CAMP (PERSIAPAN)

January 12, 2020

Pemandangan menuju Annapurna Base Camp

Jalan-jalan ke Nepal? Gileee aja lu Ndro, emang ada apaan di sana? Mending ke Jepang atau Korea gitu biar kekinian. Atau yang lebih ekstrim, ke Namibia, Afrika aja, biar seperti liburannya Nikita Willy hahaha.

Eits, jangan salah ya, Nepal itu sangat eksotis lho. Banyak kalangan menganggap, Nepal itu surga bagi orang-orang yang hobi mendaki gunung. Bisa dikatakan pergi ke Nepal adalah hajinya para pendaki. Bentang pegunungan Himalaya di sisi utara merupakan percikan keindahan surga yang menetes ke bumi. Keindahan gugusan puncak Himalaya tak kan bosan untuk dinikmati, meskipun seluruh usiamu digunakan untuk menjelajahinya. Banyangkan, delapan dari sepuluh puncak gunung tertinggi di dunia berada di negara ini! Luar biasa!
  • Everest (8.949 meter)
  • Kangchenjunga (8.586 meter)
  • Lhotse (8.516 meter)
  • Makalu (8.463 meter)
  • Cho Oyu (8.188 meter)
  • Dhaulagiri (8.167 meter)
  • Manaslu (8.156 meter)
  • Annapurna (8.091 meter)


Sedangkan dua dari 10 puncak gunung tertinggi di dunia ada di Pakistan, yaitu:
  • Godwin Austen (8.611 meter)
  • Nanga Parbat (8.126 meter)


Nepal, sebuah negara republik yang beribu kota di Kathmandu ini berbatasan langsung dengan India di sisi selatan, barat, dan timur, sedangkan di sisi utara berbatasan langsung dengan China. Negara ini tak terlalu besar, hanya sekitar 147.181 Km persegi, atau sedikit lebih luas dari Pulau Jawa. Berdasarkan hasil perkiraan tahun 2017, jumlah penduduk negara ini sekitar 29 juta jiwa. Uniknya, negara ini termasuk salah satu negara yang tidak memiliki lautan. So, jangan harap kalian akan menemukan rumah makan seafood di sini ya, hehehe.

Pertama kali gue terpikir untuk melancong ke Nepal adalah ketika tahun 2016. Ketika itu teman gue ngajak untuk menyambangi Kathmandu. Liburan yang enggak mainstream, dan yang pasti ramah kantong. Tiket pesawat masih lumayan murah. Kalo nggak salah sekitar dua jutaan deh. Tetapi karena waktu itu gue baru tahun pertama kerja, dan masih beradaptasi dengan lingkungan baru, ajakan tadi gak gue hiraukan.

Dua tahun setelah itu, sekitar bulan Maret 2018 teman SMA gue tiba-tiba upload foto trekking di Annapurna Base Camp (ABC). Di mana tu? Setelah gue kepoin, ternyata ABC tu di Nepal coy! Ketika itu gue hanya bisa terkagum-kagum, namun belum keinginanku belum menggebu untuk menginjakkan kaki di ABC. Waktu itu, yang ada dipikiran gue hanyalah investasi. Investasi, dan investasi. Maklum habis baca buku Poor Dan and Rich Dad karangan Robert Kiyosaki #anakbaik

Waktu terus berjalan. Ketika memasuki tahun keempat bekerja di Papua Barat, gue udah merasa bosan. Pokoknya, sebosan-bosannya bosan! Gue pengen pengalaman baru, sesuatu yang belum pernah gue lakuin! Maklum aja ya, tiap hari hanya kerja-pulang-kerja-pulang kayak kitiran gitu. Ditengah kesuntukan, tiba-tiba terbesit dipikiran gue untuk trekking ke ABC. Langsung deh gue telpon sama temen SMA gue yang pernah ke ABC. Selain itu, gue juga kepoin jalur-jalur trekking yang ada di sekitaran Nepal. Ternyata ada banyak sekali coy! Mulai dari ABC, Everest Base Camp (EBC), Annapurna Circuit (AC), Poon Hill, hingga Mustang. Setelah mengkaji-kaji trek mana yang pas, mulai dari budget, waktu perjalanan, hingga apa yang ditawarkan sepanjang perjalanan, akhirnya gue emutuskan untuk trekking ke ABC. Tanpa babibu, gue langsung daftar ke open trip (OP) yang membuka jasa trekking ke ABC.

Gile aja lu pake Open Trip sendirian! Nanti kalo kagak ada temennya gimana? (gak ada yang mau temenan sama ague maksutnya). Ya, itu salah gue. Itu berarti gue gak bisa bergaul! Sebenernya, tujuan gue ikut open trip kayak gini tu, gue pengen nambah teman baru. Gue merasa selama empat tahun belakangan ini, temen gue cuma itu-itu saja. Kagak nambah! Selain itu, gue juga pengen tukar pikiran sama temen-temen diluar lingkungan sehari-hari. Siapa tau juga nantinya dapet jodoh (ngarep) hahaha. Tetapi, yang paling penting dari itu semua adalah gue pengen membuka pikiran-pikiran baru. Siapa tau setelah berhari-hari ngobrol sama teman-teman baru, gue mendapat suntikan semangat ataupun inspirasi baru. Wawasan gue juga perlu di update coy! Masa di otak gue isinya cuma survei, spj dan monitoring aja? OMG, mau jadi apa gue kelak? Hahaha.

Akhirnya, fix akhir bulan Desember gue berangkat ke Nepal. Sebenarnya, di open trip yang gue ikutin, diakhir tahunnya hampir setiap ngadain open trip ke ABC (Oktober, November, Desember). Gue milih yang periode akhir Desember biar pas dengan liburan panjang akhir tahun. Selain itu, ada daya tarik lain yang membuatku memilih periode waktu ini, adalah trek yang diselimuti es. Gue pengen merasakan dinginnya es di gunung!

Oia, ngomong-omong soal biaya, banderol trip untuk ke ABC berkisar di angka 8 - 9 juta. Ini belum termasuk tiket pesawat dan visa ya guys! Mahal murahnya harga yang ditawarkan pastinya berpengaruh terhadap fasilitas yang ditawarkan. Untuk masalah pembayaran, gak harus langsung dilunasin kok. Biasanya, mereka nyediain fasilitas bayar dengan mencicil, tetapi dengan syarat kasih panjar dulu. Untuk lebih jelasnya kalian tinggal komunikasi sama pihak penyelenggara open tripnya saja.

Sekarang, mari kita membahas mengenai persiapan. Jujur, persiapan gue baik itu persiapan fisik maupn logistik sangat kurang. Rencananya, selama bulan Desember gue akan jogging minimal 30 menit sehari. Namun kenyataannya, semua itu hanyalah wacana! Selama bulan Desember, mungkin gue Cuma jogging sebanyak 4 kali hahaha. Ini gak pantas untuk ditiru ya guys! Mengingat kesiapan fisik merupakan kunci dari kelancaran kegiatan ini. Bayangin aja, jalan kaki, naik turun gunung selama 7 hari. Semua itu masalah fisik bro!

Lho, nyatanya tanpa latihan fisik yang intens, loe bisa sampai ABC dan kembali dengan selamat!? Gue cuma ketolong sama riwayat fisik gue yang dulunya emang sering mendaki gunung. Selain itu, gue juga tidak perokok. Jadi fisiknya bisa dibilang masih oke lah. Cuma masalah lutut aja yang mengganggu selama perjalanan turun. Maklum udah tua hahaha.  

Jadi, saran gue, kalau kalian mau trekking ke sini, kalian sebulan sebelum keberangkatan harus udah rajin olah raga. Minimal jogging tiap hari. Terlebih lagi yang belum pernah naik gunung sama sekali. Latihan fisik hukumnya wajib! Mending meluangkan waktu 30 menit setiap hari dari pada udah jauh-jauh ke Nepal ternyata dalam perjalanan trekking ke ABC tepar, alias nggak nyampai tujuan. Rugi bandar coy!

Untuk masalah persiapan logistik, jujur gue juga sangat keteteran. Tas gunung gue raib entah dimana. Down Jacket gue udah hibahin ke kakek tercinta, malu untuk ambil lagi hehehe. Harta karun gue yang tersisia hanyalah sepatu gunung dan kopyah/kupluk. Sedangkan untuk tas gunung, down jacket, kaos tangan, kaca mata, buff dan long john gue masih harus bergerilya untuk mendapatkannya, entah itu dari pinjam, ataupun beli.

Alhamdulillah, gue masih punya sohib kraket, selengket lem alteco. Sehari sebelum keberangkatan, gue main ke tempat sohib gue di Jogja. Dia ini yang ketika tahun 2018 udah pernah ke ABC. So, bisa dikatakan dia ini sohib sekaligus senior ABC gue bro hahaha. Naanya juga anak sholeh, beberapa peralatan trekkingnya masih tersimpan di kosan, untungnya belum dimakan tikus. Tanpa babibu, gue pinjam tas gunung sama jaket. Ketika itu dia bilang,

“Pakai jaket ini bro, gue yakin dinginnya gak akan tembus.”

Gue pun langsung percaya, lha dia pernah ke ABC sedangkan gue belum pernah hahaha. Ternyat eh ternyata... Gue tetap harus beli jaket tambahan bro! Down Jacket!

Temans, udah pada tau apa itu long john kan? Kalo belum tau, googling dulu gih.

Ngomong-omong tentang Long john, pakaian ini peranannya sangat krusial ketika kita berada di daerah dingin. Pakaian ketat mirip mainset dan celana legging ini sangat berguna menjaga suhu tubuh tetap hangat. Jadi, bagaimanapun juga kalian harus beli long john jika mau berkunjung ke tempat yang bersuhu dingin.

Oia, for your information, di Kathmandu ada wilayah yang khusus menjual perlengkapan trekking yang terkenal murah, yaitu di daerah Thamel Street. Disini kalian bebas mencari apapun perlengkapan trekking, mulai dari jacket, hingga pernak-pernik lain seperti botol air ataupun krampon. Tetapi, barang-barang yang dijual disini bukanlah barang ORI, melainkan KW. Meskipun KW, namun kualitasnya sangat mirip dengan barang-barang ori. Harganya selisih sangat jauh, asalkan kalian jago nawarnya.

Obat-obatan jangan lupa untuk dibawa. Terlebih lagi bagi kalian yang belum pernah naik gunung. Penyakit yang biasanya menyerang para pendaki gunung adalah Acute Mountain Sickness (AMS). So, gue saranin, bahkan gue wajibkan kepada kalian untuk membawa obat AMS seperti Asetazomlamide atau dexamethason.

Apasih sebenarnya AMS itu? AMS merupakan kondisi tidak normal yang terjadi pada tubuh ketika berada di tempat yang tinggi. Sekitar 25% penyakit gunung ini dialami saat pendaki berada di ketinggian 2400 mdpl, dan 40-50% terjadi saat pendaki berada di ketinggian 3000 mdpl. Kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan tekanan udara yang semakin berkurang saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.

Gejalanya kek mana emang? Gejalanya banyak coy, udah kayak kena komplikasi, mulai dari sakit kepala, mual, muntah-muntah, sesak napas, sulit tidur, hingga gak nafsu makan. Peyakit ini kalau tidak ditangani dengan tepat bisa berakibat fatal, yaitu akumulasi cairan di otak dan paru-paru. So, alangkah lebih baik jika sebelum kalian melakukan trekking ke tempat-tempat yang tinggi, terlebih dahulu baca-baca mengenai AMS mulai dari pencegahan, gejala, hingga penanganannya.

Obat-obatan seperti tolak angina, minyak kayu putih, Counterpain, dan koyo jangan lupa dibawa. Untuk bekal makanan, nggak usah bawa banyak-banyak, cukup coklat, permen, dan cemilan aja. Nggak usah bawa beras, telur, sayur seperti kalau mau mendaki di gunung-gunung Indonesia hahaha. Disana udah ada tea house yang menyediakan makanan bagi para pendaki. Oia, sebelum kalian berangkat ke Nepal, alangkah lebih baiknya jika uang kalian udah diganti dengan dollar AS. Money changer di Nepal gak menerima rupiah coy! Hahaha.

Oia, just for your information lagi, Jadwal trip ke ABC tu mulai tanggal 24 Desember 2019 hingga 2 Januari 2020. Karena penerbangan Jakarta-Kathmandu yang gue beli depart from Soekarno-Hatta International Airpor at 05.30 a.m on 24 Desember, so, gue harus berangkat dari Magelang tanggal 23 Desember. Gue milih naik kereta Taksaka jam 09.00 pagi untuk menuju Jakarta. Gilaak, udah 4 tahun gue gak naik kereta coy, makanya gue ngebet pengen naik kereta hahaha. Trus tanggal 23 malamnya gue nginep di hotel sekitaran Pasar Baru. Cari aja hotel yang murah-murah. Waktu itu gue dapet yang harganya cuma 210.000an dengan fasilitas yang udah komplit.

Mengapa gue cari hotel di sekitaran Pasar Baru? Ya, karena gue lumayan tahulah kawasan ini. Gue butuh money changer, dan gue masih ingat betul lokasi money changer disekitaran Pasar Baru. Selain itu juga, gue pengen nostalgia. Empat tahun lalu gue magang di kantor yang lokasinya tepan di depan Pasar Baru. So, gue bisa liatin mantan kantor gue, trus liatin para pegawainya pulang kerja, mereka adalah teman-teman saya! hehe.

Pukul 03.00 dini hari alarm gue bordering sekeras-kerasnya. Seketika itu pula gue bangun, bersiap, dan order taksi online untuk mengantar gue ke bandara Soekarno-Hatta.

Oke, sampai disini dulu ya ceritanya. Nanti kita sambung lagi. Bye….

You Might Also Like

0 komentar