FESTIVAL PULAU ROON PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2019 (BAGIAN 2)
November 16, 2019
Sumpah,
pagi itu gue panik. Bagaimana tidak? Tour
ke pulau-pulau di sekitaran Distrik Roon yang aku tunggu-tunggu terancam gagal
karena hujan!
Hingga
pukul 07.00, hujan masih tak kunjung reda. Tidak begitu lebat, tapi mampu membuat baju kami basah dan
tentunya masuk angin! Mau gak mau, kamipun nekat menerjang hujan untuk menuju
ke Pantai Wasasar, tempat kumpul para peserta Festival Roon. Takut ketinggalan
bro! Ternyata
aktivitas di Pantai Wasasar sudah ramai. Orang-orang sibuk mempersiapkan segala
keperluannya untuk melakukan perjalanan yang diperkirakan emakan waktu satu
hari penuh.
“Yes,
acara tetap berjalan sesuai rencana,” teriakku dalam hati.
Kami
pun langsung mengambil sarapan yang telah tersedia di dapur umum. Berbagai
hidangan makanan tradisional tersaji di situ, mulai dari nasi goreng, ubi
rebus, hingga berbagai macam olahan sagu. Setelah selesai sarapan, kamipun
langsung berkumpul dengan peserta lain yang akan mengikuti tour ke pulau-pulau wisata di sekitaran Roon. Sekitar 100 an orang
dengan 10 perahu akan mengikuti tour
ini. Alhamdulillah, hujan telah berhenti ketika kami mulai perjalanan kami. Keajaiban!
Yey yey yey.
Tujuan
pertama kami adalah Pulau Matas. Jujur, tak satupun dari kami yang pernah
singgah di pulau ini. Pulau ini masih asing bagi para wisatawan, alias gak
terkenal. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam. Akhirnya Pulau Matas mulai
terlihat. Pulau dari surga. Munkin itu keta-kata yang tepat untuk menggambarkan
pulau ini. Pulau ini dikelilingi oleh gugusan terumbu karang yang luar biasa
elok. Amazing!
Warna-warni
terumbu karang menyegarkan mata kami setelah berjam-jam hanya melihat yang hamparan
laut yang monoton. Tak perlu menyelam, cukup duduk manis di atas perahu, kami
bisa menikmati indahnya kekayaan bawah laut Pulau Matas. Kenapa gak snorkling? Jawaban gue singkat aja, malas!
Masa baru mengunjungi lokasi pertama gue langsung basah-basah? perjalanan masih
jauh! Kalau gue langsung jebur saat itu juga, bisa-bisa gue masuk angin kena
ganasnya angin laut wkwkwk. Selain itu, gue gak snorkling di Pulau matas karena nanti ada spot snorkling yang lebih yahut dari itu. Apa dong? Dimana? Rahasia!
Nanti juga ku beri tau.
Setelah
melewati hamparan terumbu karang yang keindahannya hanya bisa diagungkan dengan
kata, Masyaallah, kamipun mendarat
dengan cantik di Pulau Matas. Ketika kaki gue menginjakkan pulau ini, kaki gue
ngrasa nginjak permadani bro! Alus pisan! Hamparan pasir putih yang membentang
sepanjang garis pantai membuat pulau ini sangat eksotis. Ditambah dengan adanya
hutan cemara (sebut saja cemara, gue gak
tau itu pohon apa) disalah satu sudut pulau, membuat pulau ini mempunyai nilai
keeksotisan yang tinggi. Tentunya, Instagramable
bro!
Lokasi Bangkai Pesawat |
Setelah
puas menikmati Pulau Matas, kamipun melanjutkan ke Pulau Row. Ini dia momen
yang gue tunggu-tunggu. Meskipun udah pernah ke pulau ini, hasrat gue menggebu,
masih ingin menjamah setiap jengkal perairan pulau ini. Setelah menempuh
perjalanan sekitar 45 menit, gue akhirnya tiba di sekitar perairan Pulau Row. Btw, apasih yang membuat gue pengen
terus dan terus mengeksplorasi pulau ini? Jawabannya adalah bangkai pesawat
tempur yang tenggelam di perairan pulau ini. Tidak hanya satu, melainkan dua!
Dua guys, dua! Sepasang!
Konon,
pesawat ini merupakan pesawat perang dunia ke 2. Tapi entahlah, gue gak begitu
paham. Yang pasti, bentuknya mirip dengan pesawat tempur yang ada difilm-film
perang jaman dulu. Untuk melihat bangkai pesawat ini, gak usah pakai
perlengkapan seperti scuba diving,
cukup snorkeling saja. Kedalaman bangkai pesawat hanya sekitar sepuluh meter.
Jadi, cukuplah dengan snorkling.
Ketika
mendekati bangkai pesawat tersebut, bulu kuduk gue berdiri bro! Serem! Bagai mana gak serem, sebuah pertanyaan mistis ada di
kepala gue, yaitu pilotnya kemana? Apakah pilotnya meninggal ditempat? Atau
meninggal di tempat lain? Kalau meninggal di dalam pesawat, berarti horor dong.
Bisa-bisa ketika gue nyelam ke sekitaran bangkai pesawat, tiba-tiba muncul hantu
sang pilot, kan serem.
Oia,
jika kalian mau mengunjungi tempat ini, gue saranin untuk membawa action camera yang tahan air laut. Rugi
kalau gak foto dengan bangkai pesawat, seperti gue dan temen-temen. Gak ada
yang bawa, eh lebih tepatnya waktu itu gak ada yang punya action camera. So, gak
ada foto gue di sekitaran bangkai pesawat tersebut. Gue kecewa! Kecewa sekali,
huhuhu.
Mendung
kembali menyelimuti langit perairan Roon. Kamipun berpacu dengan badai. Sekitar
pukul 12.30 WIT, kami menuju ke pulau . Dulu gue pernah bermalam di pulau ini.
Coba aja cek cerita gue di Papua. Gue pernah cerita di blog ini. Di pulau ini
kami makan siang, sekaligus tempat meeting
point rombongan. For your information,
rombongan kami terpecah. Ada yang serute dengan perahu gue, ada juga yang
menuju Pulau Ular. Pulau yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Banyak ular
beracun di sana. Pemandu gue bilang, kalau ke pulau itu jangan pernah berjalan
lebih dari dua meter dari bibir pantai. Kalau sampai terlanggar, risiko
ditanggung sendiri. Rumah sakit jauh coy!
Menikmati kelapa muda di Pulau tempat singgah para nelayan |
Setelah
selesai menyantap makan siang sekaligus menikmati segarnya kelapa muda, kamipun
bergegas kembali ke Pantai Wasasar. Ketika itu, gelombang sudah cukup tinggi.
Perahu kami terombang-ambing, terkena pertemuan arus laut. Bajukami pun basah
kuyup. Untungnya, gue tidak mabuk laut! Kalau sampai mabuk laut, harga diri gue
hancur bro!
Setelah
sampai di semenanjung Pulau Roon, air laut sudah tenang. Adrenalin gue pun
sudah normal kembali. Tapi, satu hal yang membuat sisa perjalanan tersebut jadi
tidak nyaman, yaitu nahan pipis. Sumpah, gak enak banget kebelet pipis ditengah
laut. Mau pipis diatas perahu, tapi kok banyak perempuan, tapi kalo ditahan,
kok ya ginjal macam mau meledak. Yang bisa gue lakukan ketika itu hanyalah
mematung! Meminimalisisr gerakan biar gak ada guncangan.
Setibanya
di Pantai Wasasar, gue langsung lari ke toilet. Setelah itu, gue istirahat
sejenak, menikmati indahnya pantai ketika sore hari. Malam ini, kami tidak lagi
menginap di Kampung Niab. Malam ini kami menginap di homestay Pantai Wasasar!
Yuhuuuuu. Feel like conglomerate
hahaha. Sumpah, rasanya beda banget malam ini dengan malam kemarin. Malam ini
gue ngrasa bebas menikmati malam tanpa dihantui ketinggalan perahu. Mau
begadang merenungi nasib sambil menikmati hitamnya lautan sampai larut malampun
gak papa. Aman!
Teras belakang homestay |
Pagi
di hari ketiga. Hujan lebat kembali menjadi ucapan selamat pagi atas dimulainya
aktivitas hari Sabtu, 27 Juli 2019. Sekaligus mewakili ucapan selamat tinggal
kepada Festival Pulau Roon yang ke dua tahun 2019 ini. Pagi itu, gue
menyempatkan diri untuk menikmati pagi dari teras belakang homestay. Luar
biasa! Hanya itulah yang bisa gue katakana. Tatkala rintik hujan terus turun,
menimbulkan efek yang indah di permukaan lautan. Angin pagi semilir menuntut
untuk mengenakan pakaian berlapis.
Kala
itu, gue menikmati pagi yang syahdu dengan duduk-duduk di teras belakang sambil
ditemani singkong rebus dan teh panas. Serasa seperti conglomerate beneran bro! Tak perlu susah payah merebus sigkong,
tak perlu repot-repot merebus air lalu menyeduh teh, cukup pergi ke dapur umum,
semuanya sudah tersedia. Sungguh pelayanan bingtang lima.
Menjelang
pukul 09.00 WIT, kami bersiap untuk kembali ke Wasior. Kapal telah menjemput
para tamu untuk menuju ke Wasior ataupun ke Manokwari. Sungguh tiga hari yang
tak terlupakan. Ingin rasanya kembali berkunjung, turut menyemarakkan Festival
Roon yang ke 3 tahun depan. See You!
0 komentar