KEPULAUAN AURI, SURGA DARI TELUK WONDAMA (1)

July 27, 2018



Rombongan Tim Ekspedisi Kepulauan Auri
 
Bagi pecinta drama Korea, pasti ingat tempat di mana Song Joong Ki dan Song Hye Kyo berbulan madu setelah mereka menikah. Yups, episode terakhir mereka berdua nge-date disalah satu pulau terpencil nan indah, kalau gak salah namanya pantai Navagio di Yunani. Cantik banget kan? Pulau kecil ditengah laut dengan hamparan pasir putih berpadu dengan birunya laut yang bersih, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan, sungguh indahlah pokoknya. 

Ternyata pulau seperti itu juga ada di Indonesia lho guys! Tepatnya berada di Kepualauan Auri, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Bedanya kalau di DoTS ada bangkai sebuah kapal yang terdampar, di Kepulauan Auri bukan bangkai kapal, tapi bangkai pesawat terbang! Yups, beneran, bahkan ada dua bangkai pesawat terbang yang jatuh ke perairan Auri dan letaknya tak berjauhan, cuma sekitar 100 meter saja.

Konon kedua pesawat tempur ini jatuh sekitar tahun 1960 an tatkala pecahnya peretempuran pembebasan Papua Barat dari tangan Belanda. Ketika melintas di atas perairan Kepulauan Auri, kedua pesawat ini terjatuh, entah tertembak ditembak atau kesalahan teknis gue gak begitu tahu.

Be ready gus! Kenakan sabuk pengaman, tegakkan sandaran kursi, dan buka penutup jendela, mari gue ajak kalian semua berpetualang menjelajahi setiap jengkal Kepulauan Auri.

Sabtu, 3 Februari 2018, matahari malu-malu menyinari kota kecil di sudut Teluk Cendrawasih, Kota Wasior. Awan mendung tak mau beranjak dari langit-langit Wasior sejak semalam. Namun, semua itu tak menyurutkan semangat kami, para pegawai BPS Kabupaten Teluk Wondama dan beberapa mitra statistik untuk bersiap melakukan perjalanan ke Kepulauan Auri. 

Setelah semua persiapan selesai, tepat pukul 09.45 kami memulai perjalanan menuju Kepulauan Auri. Dengan menggunakan perahu motor tempel bertenaga 40 PK, kami membelah lautan lepas. Diawal perjalanan, gue menikmati setiap detik perjalanan ini, goyangan perahu, dingiannya percikan air yang tampias membasahi wajah, ikan-ikan yang meloncat-loncat di permukaan laut, dan masih banyak lagi yang dapat gue nikmati diperjalanan ini. 

Sang Motor Race
Namun, setelah satu jam perjalanan, gue udah bosen guys! Gue udah eneg liat laut terus menerus. Tidak ada aktivitas lain yang dapat dilakukan di atas perahu kecil seperti yang kami pakai ini selain menikmati perjalanan atau tidur. Terlebih lagi semakin jauh kami meninggalkan daratan, gelombangnya terasa semakin tinggi. Perahu mulai oleng kapten!

Bulan Februari memang kurang bersahabat dengan para nelayan. Meskipun hari masih siang, namun gelombang laut sudah cukup tinggi. Perjalanan ini sangat jauh kawan! perlu fisik yang prima untuk melakukan perjalanan ini. Bagaimana tidak? 4 jam terkatung-katung ditengah laut dengan kondisi gelombang khas Samudra Pasifik yang terkenal ganas.

Ketika kami memasuki kawasan Kepulauan Roon, kami berpapasan dengan seorang nelayan dari Kampung Niab, salah satu kampung di Distrik Roon. Beliau meminta kami untuk singgah dulu di rumahnya, ada banyak hal yang ingin disampaikan oleh bapak tersebut. Kami pun menuruti keinginan beliau.

Kami disambut dengan hangat oleh keluarga bapak yang selanjutnya kami memanggil beliau bapak desa. Sembari menikmati hidangan kue sagu dan teh hangat, kami diberitahu kalau kondisi cuaca di sekitar Kepualauan Auri sedang tidak bagus. Beberapa hari yang lalu ada perahu terbalik milik salah seorang nelayan, dan sampai saat itu jasadnya belum ditemukan. Ngeri coy!

Jamuan di Kampung Niab

Kamipun merinding mendengar cerita tersebut. Tapi keinginan dan tekat kami yang sudah bulat, ketakutan tersebut tak mampu merobohkan tekad dan keinginan kami untuk mengunjungi Kepulaian Auri. Setelah berdiskusi dengan bapak Desa, kamipun memutuskan untuk membawa dua perahu. Hal ini bertujuan agar beban perahu tidak terlalu berat sehingga perahu bisa lebih leluasa untuk bergerak.

Perjalananpun kami lanjutkan kembali. Sempat ada kendala setelah sekitar satu jam perjalanan dari Kampung Niab. Salah satu mesin perahu kami mati. Kamipun mau tidak mau harus segera memperbaikinya meskipun posisi kami masih di tengah-tengah laut. Dan kalian perlu ketahui guys! Berada diatas perahu yang tak bergerak ditengah lautan tu lebih menyiksa daripada ketika perahu berjalan. Meskipun cuma sekitar 15 menit kami berhenti ditengah laut, namun gue sudah merasa pusing yang tak tertolong lagi. Dan ujung-ujungnya mual. Sungguh sial sekali.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang dengan perut mual, kepala pusing, dan gigi meringis kekeringan karena kepanasan, akhirnya kami tiba disalah satu ikon dari Kepulauan Auri. Sebuah pulau kecil dengan dikelilingi hamparan pasir putih dan tepat di bibir pantainya terdapat dua bangkai pesawat tempur milik Angkatan Udara Republik Indonesia yang mengalami kecelakaan sehingga jatuh diperairan ini. 

Lokasi Bangkai Pesawat di Sekitaran Warna Biru Tua Tepat ditengah Foto
Bangkai pesawat tersebut terlihat jelas. Tak perlu menyelam terlalu dalam untuk dapat melihat bangkai pesawat tersebut. Tetapi karena sudah termakan usia, bangkai kedua pesawat tersebut tinggal menyisakan kerangka-kerangka besinya saja. Ada satu nasihat dari gue untuk kalian semua, kalau kalian kesini jangan dekat-dekat dengan bangkai pesawat ya! ngeri bro! Gue  takut kalau berenang terlalu dekat dengan bangkai pesawat tersebut. Ada semacam aura mistis berbau horor gitu. Kalau pas gue nyelam di sekitar bangkai pesawat tiba-tiba nongol sesosok arwah pilot gimana hayo? Kan ngeri.

Meskipun matahari terik bersinar, semua itu tak menyurutkan euphoria kami untuk menikmati setiap jegkal pulau ini. Hamparan pasir putih yang membentang mengelilingi pulau kecil berukuran sekitar sepuluh hektar ini telah merebut hatiku. Ditambah lagi dengan jernihnya air laut  membuat gue tak kuasa untuk menahan diri untuk terus berenang. Sungguh tempat yang indah.

Setelah puas berenang dan melihat-lihat bangkai pesawat tempur yang masyur itu, kami melanjutkan perjalanan ke pulau sebelah. Pemandangan yang disuguhkan sepanjang perjalanan menuju ke pulau tempat dimana kami akan bermalam tersebut sungguh memanjakan mata. Gradasi warna lautan sungguh menawan. Ditambah lagi dengan munculnya berbagai macam hewan laut seperti penyu, ikan terbang, ataupun ikan-ikan lainnya membuat liburan kami kali ini semakin berkesan.

Putihnya Pasir Dipadukan dengan Birunya Laut

Setelah kurang lebih 30 menit membelah lautan, akhirnya kami tiba di pulau yang lumayan besar. Pulau ini sering digunakan oleh para nelayan untuk singgah ketika mereka sedang mencari ikan. Pulau ini terletak diantara Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Ketika kami datang, kami bertemu dengan rombongan nelayan yang berasal dari Nabire. Memang cuaca waktu itu tak menentu, semula cuaca nampak begitu cerah, tiba-tiba awan hitam bergulung-gulung disertai angina dan gelombang yang sangat membahayakan para nelayan di laut.

Menikmati Keindahan Kepualauan Auri dari Atas Kapal


You Might Also Like

0 komentar