CATATAN PERJALANAN GUNUNG BROMO

March 02, 2014

                
Akbar-Iang-Ayu-Ayub-Ardi



           Senin malam, 2 September 2013 Ardi, Ayub, Akbar, Ayu, dan Iang sampai juga di Ranu Pane, pintu gerbang pendakian Gunung Semeru. Setelah 4 hari berpetualang di gunung Semeru, akhirnya kami sampai juga di garis finish, titik semua perjalanan maha besar ke Mahameru berakhir. Capek, pegal, bercampur dengan rasa puas dan bangga menyatu menjadi satu. Setelah berjuang melawan panasnya sengatan matahari di Oro-Oro Ombo, dinginnya udara Arcopodo, serta beratnya summit attack Mahameru, akhirnya kami sukses untuk membawa sebait cerita dari Sumeru untuk teman-teman maupun si calon #ups. Sekitar pukul 19.30 kami menyelesaikan perijinan dan langsung makan malam di warung sekitar pos registrasi pendakian Gunung Semeru. Setelah itu kami langsung pergi ke masjid untuk menunaikan Ibadah Maghrib dan Isya.

Kalau pergi ke Semeru, tentunya tak lengkap jika tidak mampir ke Gunung Bromo. Sambil beristirahat di masjid Ranu Pane, kami berdiskusi untuk rencana ke Gunung Bromo esok pagi. Akhirnya kami mencoba untuk menawar sebuah jeep tertutup yang stand by di area parkir Ranu Pane. Setelah negosiasi yang alot, akhirnya kami sepakat untuk menyewa jeep ke Bromo sekaligus mengantar kami sampai ke Pasar Tumpang dengan harga 850.000. Selain itu, kami juga dipersilahkan oleh bapak pemilik jeep untuk tidur di salah satu rumah. Alhamdulillah, akhirnya kami dapat tempat untuk tidur malam itu.

Adzan Subuh berkumandang ditengah dinginnya udara Ranu Pane. Kami tak perlu menunggu lama, langsung packing dan bersiap untuk pergi Ke Gunung Bromo. Sinar matahari mulai mengintip dari ufuk timur menemani perjalanan baru kami, the next destination Gunung Bromo. Sepanjang perjalanan, mata kami tak mau untuk berkedip, rasanya tak rela melewatkan sedetikpun menikmati keindahan alam Bukit Teletubies yang membentang sepanjang jalan menuju Gunung Bromo. Ditambah dengan lautan pasir disepanjang jalan menambah ke eksotisan alam Gunung Bromo.. Tak perlulah jauh-jauh ke Mesir ataupun Aljazair untuk melihat berjuta-juta tumpukan pasir, kalian hanya perlu pergi ke kawasan Gunung Bromo, Indonesia.
Perjalanan menuju Kawah
Setelah menempuh 1 jam perjalanan dari Ranu Pane, akhirnya kami sampai juga di kawasan wisata Gunung Bromo. Hamparan padang pasir khas Gunung Bromo menyapa kami dengan ramah pagi itu. Langit biru dengan sinar hangat matahari pagi yang mengusir suhu dingin khas udara Gunung menemani kami menikmati keidahan alam yang disajikan Gunung Bromo. Tak hanya dikenal dikalangan wisatawan domestik, dunia internasionalpun mengakui pesona alam yang disajikan oleh Gunung Bromo. Sun rise yang mempesona dapat anda saksikan dari tempat yang dinamakan Penanjakan. Tapi sayang seribu sayang, karena masalah budget, kami tak mengunjungi tempat tersebut. Kami hanya berkunjung ke kawah gunung Bromo saja.
Pura di Bromo
Puluhan kuda langsung menyerbu kami seketika tatkala kami turun dari Jeep. Mereka menawarkan jasa tunggangan sampai tangga menuju kawah Gunung Bromo. Memang kuda merupakan salah satu daya tarik tersendiri disini. Dengan membayar 100.000 rupiah kita bisa menikmati perjalanan menuju kawah Gunung Bromo yang berjarak sekitar 1km. Tetapi karena masalah kantong, kami memilih untuk berjalan kaki di tengah lautan pasir Bromo. Di tengah perjalanan menuju kawah, kami melewati sebuah pura. Di sekitar  puncak Gunung Bromo memang terdapat sebuah pura yang lumayan besar yang sangat terkenal. Biasanya penduduk sekitar melakukan ibadah ataupun ritual-ritual tertentu disini.
Tangga Menuju Kawah
Setelah berjalan selama kurang lebih 45 menit, kami akhirnya sampai juga di depan tangga yang mengantarkan kami ke depan kawah Gunung Bromo. Jangan sekali-kali putus asa ketika melihat tangga tersebut. Memang tangga tersebut sering membuat orang-orang putus asa, dan tak berminat untuk menaikinya. Tetapi, usaha anda mendaki tangga tersebut terbayar lunas ketika anga sampai di bibir kawah Gunung Bromo. Area bibir kawah memang tak begitu luas, hanya jalan setapak dengan lebar sekitar 2 meter yang mengelilingi kawah menganga yang dalam. Ketika itu memang bukan merupakan hari-hari libur nasional, jadinya kondisi Gunung Bromo tak terlalu ramai. Kami pun bisa menikmati indahnya pesona alam Gunung Bromo dalam kondisi yang nyaman tanpa banyak gangguan, terutama keramaian.
Kawah Gunung Bromo
Tak terasa matahari beranjak naik semakin tinggi. Panas menyengat sinar matahai mulai terasa ditengah hamparan luas lautan pasir. Kamipun bergegas untuk kembali menuju ke mobil Jeep dan segera untuk melanjutkan perjalanan pulang menuju Pasar Tumpang, Malang.   

You Might Also Like

0 komentar