MUNTILAN - GEMOLONG

November 16, 2012


            Jika aku teringat akan perjuanganku dan teman-teman melakukan perjalanan dari Muntilan ke Gemolong, tak tahan hati ini untuk menekan gejolak emosi nan syahdu. Berjibaku dalam bus selama 3-4 jam, keringatpun bercucuran membasahi tubuh kami. Bus ekonomilah kompatriot kami dalam melakukan perjalanan Muntilan-Gemolong. Meskipun terasa begitu berat, kami saling bahu membahu untuk meringankan rasa berat dalam perjalan kami dengan candaan khas anak-anak SBBS Magelangan.
            Minggu jam 1 PM di perempatan Tambakan. Jam dan di tampat itulah kami berkumpul. Kami menunggu satu sama lain sampai semua personil SBBS Magelangan lengkap. Dengan naik bus Semarang-Jogja kami mengawali rangkaian perjalanan menuju ke Gemolong Sragen. Banyak hal menarik ketika kami memilih bus yang mau kita naiki. Kami gak mau naik bus yang jelek, mesipun kernet dan kondektur bus tersebut merayu-rayu kami. Dan apa yang kita lakukan saat itu?? Yang kita lakukan saat itu adalah pura-pura tidak melihat hahaha. Karena terlalu jengkel ato entah mengapa, kadang-kadang ada kertet yang mengumpat-umpat ke kami. Tetapi, tetap dengan muka polos kami tak menghiraukan kata-kata yang terucap dari mulut mereka.
            Perjalanan Muntilan-Jogja membutuhkan waktu 45 menit. Tujuan kami adalah terminal Giwangan yang terletak di bagian timur-selatan Jogjakarta. Pengamen silih berganti meramaikan bis yang pada hakekatnya sudah ramai dengan hiruk pikuk penumpang yang berjubel. Yahh, inilah kehidupan. Berbagai cara dilakukan untuk memperoleh rupiah demi rupiah demi menjamin hari esok. Dari sekian banyak pengamen yang naik turun bus, ada satu pengamen yang selalu saya ingat. Biasanya dia naik di perepatan bantul sebelum perempatan Parangtritis. Dia berpakaian kumal sobek-sobek dan selalu menyanyikan lagi Yogyakarta. Lagu itu terasa indah di telingaku. Entah mengapa itu terjadi,, aku gak paham.
            Di termina Giwangan, kami oper bus jurusan Surabaya. Kami nggak mau naik bus jurusan Solo yang busuk. Udah busuk, panas, mahal, lambat, padet lagi #ngenes. Layaknya terminal-terminal umumnya, di terminal Giwangan juga banyak calo maupun kernet bus yang tanya kemana jurusan kami, kamipun tanpa bertele-tele dengan tegasnya menjawab SURABAYA biar bisa naik bus Sumber Kencono maupun Eka yang ber ac. Beda cerita kalo kita jawab mau ke SOLO, ntar kami disuruh naik bus jurusan Solo yang busuk itu. Oh my God, gak tahan gue kalo naik bus jurusan Solo.
            Biasanya, perjalanan Jogja-Solo kami habiskan dengan tidur di bus. Waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan ini adalah sekitar 1,5 – 2 jam. Banyak hal terjadi selama 3 tahun kami melakukan perjalanan ini. Salah satu yang paling ku ingat adalah ketika kami naik bus sumber kencono. Ketika itu kami sedang enak-enaknya tidur, tiba-tiba di lampu merah ada orang mengamuk sambil menggedor-nggedor pintu bus sopir. Orang itu mencacimaki dan marah-marah sama sopir bus. Entah apa sebabnya saya gak begitu paham, mungkin bus yang saya naiki ugal-ugalan dan tanpa sengaja ataupun dengan disengaja, bus ini membahayakan pengendara lain. Kejadian membahayakan dengan bus Jogja-Surabaya sering kualami, entah itu mau menabrak motor yang mau nyebrang, ataupun nyalip kendaraan lain dengan mengambil bahu jalan terus kebingungan karena terpepet oleh kendaraan lain. Tapi entah mengapa saya dan teman-teman tidak kapok naik bus ini, malah kami merasakan sensasi tersendiri yang jarang kami temui.
            Biasanya kami sampai di terminal Tirtonadi Solo sekitar pukul 14.00 . Dengan sempoyongan kami berjalan menyusuri kerasnya hiruk pikuk kehidupan terminal menuju ujung utara terminal, yaitu tempat mangkalnya bus jurusan Solo-Kalijambe. Ukuran bus Solo-Kalijambe tidak sebesar bus Jogja-Surabaya, bus ini biasanya disebut engkel kalo di tempatku. Perjalanan Solo-Gemolong merupakan perjalanan terakhir kami ke SBBS. Tetapi, jangan salah coy, jalur Solo-Gemolong itu waaaah banget pokokman, offroad banget deh. Selain jalannya kaya offroad, sopir-sopir bus ini menurut saya punya banyak nyawa cadangan deh. Gila coy, masa klakson dari Solo sampai Gemolong tu selalu bunyi terus. Kendaraan yang mengganggu laju bus ini harus dan diwajibkan turun dari aspal untuk memberikan bus ini jalur, meskipun kendaraan itu berada di jalur yang berlawanan. Semuanya harus turun!! Apa yang bisa kalian bayangkan tentang nasib kan kondisi psikologis kami di dalam bus??? Adrenalin kami langsung overproduction coy, sambai detak jantung kami dalam satu menit 120 kali lebih #alay. Perjalan yang menyiksa itu kami tempuh dalam waktu hampir 1 jam. Serasa mau mampus coy, mungkin udah ¾ mati hahaha.
            Sekitar pukul 5 pun kami akhirnya sampai di kota Gemolong, dan kami pun turun di depan soto kuali pak JOYO. Tiap mangkuk soto hanya berharga 2 ribu coy, gilaaak, murahkan? Dan setiap kami makan disitu, kami biasanya hanya menghabiskan uang 7 ribu, dan kamipun serasa gak bisa jalan karena kekenyangan. Akhirnya, dengan berjalan kaki sekitar 15 menit, kami telah sampai di sekolah tercinta, SBBS. :D

You Might Also Like

0 komentar